Aku tau disekelilingku banyak orang yang peduli, aku
ditengah keramaian cinta mereka. Namun aku tak bisa merasakannya sedikitpun. Bahkan
peri-peri kecilku yang selalu membuatku tertawa karena kepolosannya tak lagi
bisa menarik kepekaan indraku. Yang aku tau, saat itu tuhan sedang berbicara
kepadaku tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Aku hanya bisa merasakan
kehadiran tuhan, dan semakin hangat pelukannya ketika aku duduk bersandar di
jendela kamarku. Jendela yang setiap saat bisa membuatku lebih tenang. Sedikit
bisa merasakan. Merasakan adanya bunyi klakson sepeda motor, namun aku belum
bisa melihat siapa yang selalu membunyikannya saat aku duduk bersandar ditempat
yang paling tenang itu. Aku yakin, pelaku disetiap harinya sama. Bau parfum
yang selalu mencoba mengetuk indra pembauku. Perlahan aku bisa mencium baunya.
Sendiri? Mungkin tidak, namun terasa iya. Bermain ayunan
didepan rumah juga tidak akan bisa membuatku lebih tenang. Semua yang aku
lakukan terasa sama. Dan ini yang membuatku selalu ingin kembali kepelukan
tuhan yang begitu hangat. Namun tuhan belum bisa memelukku saat itu. jendela
kamar? Itu tempat tujuanku untuk merasakan kehangatan pelukan tuhan yang
mungkin tidak menyentuhku, namun aku tahu tuhan memeluk erat batinku. Begitu
aneh saat aku mulai bersandar dijendela favoritku, aku yang perlahan bisa
mengendalikan semua inderaku tiba-tiba merasa ada yang kurang dihari itu. Aku
yakin klakson dan parfum yang biasa hadir dihariku, saat ini belum melintas.
Dan kala itu, bukan sekedar menunggu. Rasa ingin tau siapa yang membuat
kepekaan inderaku beroperasi kembali. hingga rasanya bukan hanya indra sekarang.
Namun organ yang berada di tengah tengah dadaku terasa lebih giat mendetak.
Mungkinkah tuhan ingin menunjukkan sesuatu padaku? Kurasa tidak. Namun
kenyataannya, aku salah. Bunyi klakson dan parfum yang mulai ditangkap inderaku
terasa semakin dekat. Ya, kali ini indra penglihatanku tak mau kalah. Semakin
dekat dan mendekat, aku hanya bisa melihat sekilas wajahnya. Namun sosok
laki-laki itu sama sekali tak asing dimataku. Aku yakin, aku mengenalnya.
Sejak hari itu, aku tidak sendiri lagi. Aku merasakan
kehadiran orang disisiku nyata. Bahkan kehadiran seseorang melalui telepon
genggamku yang selalu membuatku lebih bisa merasakan hidup. Aku tak mengenalnya
tapi aku yakin, entah 2 atau 3 tahun yang lalu aku pernah bercakap-cakap
dengannya. Sosok yang misterius. Ya! Kali ini gairah hidupku datang kembali.
Rasa penasaran tentang siapa sosok misterius itu berhasil membuatku menjadi
penunggu di jendela kamar. Dan saat sosok itu melintas, aku baru ingat tatapan
matanya benar-benar pernah ada dikehidupanku. Namun aneh, aku tak mengenali
senyumnya. Terlalu lelah berfikir untuk menebak melalaui “awangan” saja. Namun
terlintas sedikit pemikiran yang menurutku bisa saja benar. Kau si laki-laki
klakson wangi merupakan orang misterius telepon genggamku. Tebakan itu semakin
diperkuat adanya pesan singkat yang selalu masuk 1menit kemudian setelah
manusia klakson wangi melintas. Ya aku yakin, tabakanku kali ini benar.
Rasa penasaran itu semakin menghantuiku setiap malam.
Bagaimana tidak? Setiap hari minggu datang peri-peri kecilku yang selalu
membawakan jus kesukaanku. Bagaimana anak sekecil ini mendapatkan uang untuk
membelikanku jus tiap minggu? Kurasa ini bukan murni pemberian mereka. Hari
itu, aku sengaja tidak menerima jus pemberian peri kecilku dengan tujuan ingin mengetahui
siapa pengirim aslinya. Aku yakin cara ini tak akan gagal. Peri-peri kecilku
masih terlalu kecil untuk berbohong, jadi jus itu pasti dikembalikan kepada
pengirimnya. Benar dugaanku, peri kecilku tidak mengajakku bermain boneka yang
setiap kali dibawa ketika kerumahku. Namun, mereka pergi begitu saja. Seperti rencana
awal, aku mengikuti peri-peri kecilku itu. sampai akhirnya ia berhenti dan
mengembalikan jus tersebut kepada pengirimnya. “Nova, novi, cici?” panggilku
kepada peri-peri kecilku. Terlihat wajah gadis kecil itu menciut merasa
bersalah, mereka berlari. Rasanya ingin sekali mengejar dan menghapuskan air
mata anak kecil tak bersalah itu, namun
sosok laki-laki didepanku mencegah kakiku untuk melangkah. Jantungku berdebar. Rasa
takut, penasaran, bingung menjadi satu. Memang benar, aku mengenalnya. Ia sama
sekali tidak mengizinkanku melontarkan kata sedikitpun. “Aku tau, ini semua
akan menjadi kejutan untuk kau. Kau pasti tak menduga sedikitpun, pria klakson
wangi dan misterius telepon genggam ternyata aku. Kau pasti kecewa. Aku tau,
masa lampau 2 tahun lalu mungkin buruk. Kita orang yang selalu meributkan apapun,
kapanpun dan dimanapun. Sampai pernah pertengkaran kita dijenjang sd membuat
kau menangis, aku ingat sekali. Namun, perlu kau ketahui anak usia sd tidak
pernah bisa berfikir dewasa. Maafkan aku. Mungkin sosok musuh kecil tidak akan
bisa menjadi orang terdekat dihidupmu” ucapnya tanpa membalikkan badan. Aku tak
tau harus berkata apa saat itu. tapi memang benar, 2 tahun lalu tiada hari
tanpa pertengkaran aku dan dia. Kita beda kelas, karena dia 1 tahun lebih kecil
dariku. Tapi sebisa mungkin kita ngeluangin waktu buat bertengkar dan di
kabupaten dulu saat kita mengikuti lomba bersama, kita hampir terlambat karena
guru kita kehabisan kata buat ngelerai aku sama dia. Namun pada akhirnya, kita
diboncengin berdua. Dan pertengkaran itu yang justru nemuin kita tiap harinya. Dan
sekarang dia kelas 2 smp, kita beda kota. Tapi setiap minggunya kita bisa
ketemu. Itulah waktu paling berharga.
Nggak semuanya yang berawal dari musuh juga
akan berakhir
sama. Sesuatu yang sama sama
pahit bisa jadi manis kalo udah jalannya.
Kisah nyata?Haha, ini fiktif. apabila ada kesamaan tokoh, cerita, dsb itu memang disengaja dari pihak penulis :D thkns
Tidak ada komentar:
Posting Komentar