Kamis, 15 Januari 2015

Antara Jendela, Tuhan, dan Kamu

     Berjalan tanpa titik tuju. Kosong, dan tak ada apapun yang bisa mengisi pikiranku kala itu. Rasanya hari begitu lama, sangat lama. Bahkan untuk merasakan weekend didesa yang rasanya heningpun sulit didapat. Ini benar-benar kejadian yang sangat aneh. Kenapa? Rasanya tak perlu kujelaskan. Mungkin ini murni kesalahanku. Aku yang salah, dan rasanya kejadian ini pantas menimpaku. Setiap langkahku, aku telah berusaha memasukkan kembali abjad yang terangkai di otakku sebelumnya. Namun sulit. Percuma aku hidup, kalau pada akhirnya hatiku mati rasa. Mungkin hanya kumpulan bintang yang bisa mengartikan apa yang ingin disampaikan mulutku kala itu.

     Aku tau disekelilingku banyak orang yang peduli, aku ditengah keramaian cinta mereka. Namun aku tak bisa merasakannya sedikitpun. Bahkan peri-peri kecilku yang selalu membuatku tertawa karena kepolosannya tak lagi bisa menarik kepekaan indraku. Yang aku tau, saat itu tuhan sedang berbicara kepadaku tentang arti kehidupan yang sesungguhnya. Aku hanya bisa merasakan kehadiran tuhan, dan semakin hangat pelukannya ketika aku duduk bersandar di jendela kamarku. Jendela yang setiap saat bisa membuatku lebih tenang. Sedikit bisa merasakan. Merasakan adanya bunyi klakson sepeda motor, namun aku belum bisa melihat siapa yang selalu membunyikannya saat aku duduk bersandar ditempat yang paling tenang itu. Aku yakin, pelaku disetiap harinya sama. Bau parfum yang selalu mencoba mengetuk indra pembauku. Perlahan aku bisa mencium baunya.

     Sendiri? Mungkin tidak, namun terasa iya. Bermain ayunan didepan rumah juga tidak akan bisa membuatku lebih tenang. Semua yang aku lakukan terasa sama. Dan ini yang membuatku selalu ingin kembali kepelukan tuhan yang begitu hangat. Namun tuhan belum bisa memelukku saat itu. jendela kamar? Itu tempat tujuanku untuk merasakan kehangatan pelukan tuhan yang mungkin tidak menyentuhku, namun aku tahu tuhan memeluk erat batinku. Begitu aneh saat aku mulai bersandar dijendela favoritku, aku yang perlahan bisa mengendalikan semua inderaku tiba-tiba merasa ada yang kurang dihari itu. Aku yakin klakson dan parfum yang biasa hadir dihariku, saat ini belum melintas. Dan kala itu, bukan sekedar menunggu. Rasa ingin tau siapa yang membuat kepekaan inderaku beroperasi kembali. hingga rasanya bukan hanya indra sekarang. Namun organ yang berada di tengah tengah dadaku terasa lebih giat mendetak. Mungkinkah tuhan ingin menunjukkan sesuatu padaku? Kurasa tidak. Namun kenyataannya, aku salah. Bunyi klakson dan parfum yang mulai ditangkap inderaku terasa semakin dekat. Ya, kali ini indra penglihatanku tak mau kalah. Semakin dekat dan mendekat, aku hanya bisa melihat sekilas wajahnya. Namun sosok laki-laki itu sama sekali tak asing dimataku. Aku yakin, aku mengenalnya.

     Sejak hari itu, aku tidak sendiri lagi. Aku merasakan kehadiran orang disisiku nyata. Bahkan kehadiran seseorang melalui telepon genggamku yang selalu membuatku lebih bisa merasakan hidup. Aku tak mengenalnya tapi aku yakin, entah 2 atau 3 tahun yang lalu aku pernah bercakap-cakap dengannya. Sosok yang misterius. Ya! Kali ini gairah hidupku datang kembali. Rasa penasaran tentang siapa sosok misterius itu berhasil membuatku menjadi penunggu di jendela kamar. Dan saat sosok itu melintas, aku baru ingat tatapan matanya benar-benar pernah ada dikehidupanku. Namun aneh, aku tak mengenali senyumnya. Terlalu lelah berfikir untuk menebak melalaui “awangan” saja. Namun terlintas sedikit pemikiran yang menurutku bisa saja benar. Kau si laki-laki klakson wangi merupakan orang misterius telepon genggamku. Tebakan itu semakin diperkuat adanya pesan singkat yang selalu masuk 1menit kemudian setelah manusia klakson wangi melintas. Ya aku yakin, tabakanku kali ini benar.

     Rasa penasaran itu semakin menghantuiku setiap malam. Bagaimana tidak? Setiap hari minggu datang peri-peri kecilku yang selalu membawakan jus kesukaanku. Bagaimana anak sekecil ini mendapatkan uang untuk membelikanku jus tiap minggu? Kurasa ini bukan murni pemberian mereka. Hari itu, aku sengaja tidak menerima jus pemberian peri kecilku dengan tujuan ingin mengetahui siapa pengirim aslinya. Aku yakin cara ini tak akan gagal. Peri-peri kecilku masih terlalu kecil untuk berbohong, jadi jus itu pasti dikembalikan kepada pengirimnya. Benar dugaanku, peri kecilku tidak mengajakku bermain boneka yang setiap kali dibawa ketika kerumahku. Namun, mereka pergi begitu saja. Seperti rencana awal, aku mengikuti peri-peri kecilku itu. sampai akhirnya ia berhenti dan mengembalikan jus tersebut kepada pengirimnya. “Nova, novi, cici?” panggilku kepada peri-peri kecilku. Terlihat wajah gadis kecil itu menciut merasa bersalah, mereka berlari. Rasanya ingin sekali mengejar dan menghapuskan air mata  anak kecil tak bersalah itu, namun sosok laki-laki didepanku mencegah kakiku untuk melangkah. Jantungku berdebar. Rasa takut, penasaran, bingung menjadi satu. Memang benar, aku mengenalnya. Ia sama sekali tidak mengizinkanku melontarkan kata sedikitpun. “Aku tau, ini semua akan menjadi kejutan untuk kau. Kau pasti tak menduga sedikitpun, pria klakson wangi dan misterius telepon genggam ternyata aku. Kau pasti kecewa. Aku tau, masa lampau 2 tahun lalu mungkin buruk. Kita orang yang selalu meributkan apapun, kapanpun dan dimanapun. Sampai pernah pertengkaran kita dijenjang sd membuat kau menangis, aku ingat sekali. Namun, perlu kau ketahui anak usia sd tidak pernah bisa berfikir dewasa. Maafkan aku. Mungkin sosok musuh kecil tidak akan bisa menjadi orang terdekat dihidupmu” ucapnya tanpa membalikkan badan. Aku tak tau harus berkata apa saat itu. tapi memang benar, 2 tahun lalu tiada hari tanpa pertengkaran aku dan dia. Kita beda kelas, karena dia 1 tahun lebih kecil dariku. Tapi sebisa mungkin kita ngeluangin waktu buat bertengkar dan di kabupaten dulu saat kita mengikuti lomba bersama, kita hampir terlambat karena guru kita kehabisan kata buat ngelerai aku sama dia. Namun pada akhirnya, kita diboncengin berdua. Dan pertengkaran itu yang justru nemuin kita tiap harinya. Dan sekarang dia kelas 2 smp, kita beda kota. Tapi setiap minggunya kita bisa ketemu. Itulah waktu paling berharga. 


Nggak semuanya yang berawal dari musuh juga 
akan berakhir sama. Sesuatu yang sama sama 
pahit bisa jadi manis kalo udah jalannya. 


Kisah nyata?Haha, ini fiktif. apabila ada kesamaan tokoh, cerita, dsb itu memang disengaja dari pihak penulis :D thkns

Selasa, 06 Januari 2015

Doa Penenang Jiwa

Ketenangan jiwa semestinya menjadi dambaan setiap orang, termasuk aku. Karena yang namanya  ketenangan jiwa pasti  identik dengan kebahagiaan, ya kan? Bahkan dikehidupan nyata seperti ini pun orang akan rela menukar apapun yang dimilikinya demi kebahagiaan, meskipun harus membayar dengan uang yang nggak sedikit nilainya. Itu sebabnya, pada era kayak gini orang kaya rela mengeluarkan uang banyak hanya untuk berlibur keluar negeri untuk mencari ketenangan jiwa. Sebenernya, nggak usah jauh jauh sampe keluar negeri kalau hanya untuk mencari ketengan jiwa. Kenapa? Dirumahpun, kita bisa kok mencari ketenangan jiwa. Gimana caranya? Zikir, sama do’a.

Ikhtiar memang penting, tapi pada dasarnya do’a juga sangat penting. Rasulullah saw telah mengajarkan do’a penenang jiwa loh. Insyaallah jiwa kita akan tenang. Penasaran do’anya? Simak baik baik. 

Allahumma inni as’aluka nafsan mutma’innatan, tu’minu biliqa’ika, wa tarda biqada’ika.

Artinya: Ya Allah, aku memohon kepada-Mu jiwa yang tenang, yang beriman pada hari pertemuan degan-Mu dan selalu ridha atas segala keputusanmu. 

Kalo ada cara mudah dan lebih bermanfaat, kenapa nggak dicoba?